Best_Mandhe
Blog berbagi ilmu karena danurwéda pindha tirtamarta (ilmu pengetahuan seperti air kehidupan)
Minggu, 16 Oktober 2016
Senin, 16 November 2015
Selasa, 05 Mei 2015
PERILAKU ORGANISASI POSITIF
KONSEP MODAL MANUSIA (HUMAN CAPITAL CONCEPT)
Pimpinan perlu meningkatkan berbagai
potensi SDM agar mampu memberdayakannya secara optimal dalam mencapai kinerja,
sehingga mampu mendudukkan organisasi pada posisi yang lebih baik dibandingkan dengan organisasi lainnya. Dengan manajemen SDM yang baik,organisasi akan
memiliki kekuatan kompetitif dan akan menjadi sulit untuk ditiru, sehingga
sumber-sumber keberhasilan kompetitif tradisional seperti teknologi proses
produksi, proteksi pasar, akses terhadap sumber keuangan dan skala ekonomi
seharusnya menjadi lebih berdaya guna.
Manusia sebagai human capital tercermin
dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan
produktivitas kerja. Tidak seperti bentuk kapital lain yang hanya diperlakukan
sebagai tools, human capital ini dapat menginvestasikan dirinya sendiri melalui
berbagai bentuk investasi SDM, diantaranya pendidikan formal, pendidikan
informal, pengalaman kerja, kesehatan, dan gizi serta transmigrasi (Fattah,
2004). Modal manusia adalah komponen
yang sangat penting di dalam organisasi. Manusia dengan segala kemampuannya
bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada
enam komponen dari modal manusia(Ancok,2002), yakni:
1) Modal
intelektual; Modal intelektual
(intellectual capital). Modal
intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan peluang dan
mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa modal
intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan.
Organisasi yang unggul dan meraih banyak keuntungan adalah organisasi yang
terus menerus mengembangkan sumberdaya manusianya (Ross dkk., 1997). Manusia memiliki
sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi,
sosial, politik, teknologi, hukum dan lain-lain) yang sangat tinggi
kecepatannya. Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan yang super cepat ini
akan dilanda kesulitan.
2) Modal
emosional; Goleman (1996) menggunakan
istilah emotional intelligence untuk menggambarkan kemampuan manusia untuk
mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta memahami emosi orang lain agar
dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain.
Ancok (2005), terdapat empat dimensi dari kecerdasan emosional yakni:
a) Self
Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri secara tepat dan
akurat dalam berbagai situasi secara konsisten. Bagaimana reaksi emosi di saat
menghadapi suatu peristiwa yang memancing emosi, sehingga seseorang dapat memahami
respon emosi dirinya sendiri dari segi positif maupun segi negatif.
b) Self
Management adalah kemampuan mengelola emosi secara baik, setelah memahami emosi
yang sedang dirasakannya, apakah emosi positif atau negatif.Kemampuan mengelola
emosi secara positif dalam berhadapan dengan emosi diri sendiri akan membuat
seseorang dapat merasakan kebahagiaan yang maksimal.
c) Social
Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dari tindakannya
yang tampak. Ini adalah kemampuan berempati, memahami dan merasakan perasaan
orang lain secara akurat. Dengan adanya pemahaman ini individu sudah memiliki
kesiapan untuk meenanggapi situasi emosi orang lain secara positif.
d) Relationship
Management adalah kemampuan orang untuk berinteraksi secara positif pada orang
lain, betapapun negatifnya emosi yang dimunculkan oleh orang lain.
3) Modal
sosial; Pandangan para ahli dalam
mendefinisikan konsep modal sosial dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok
(Ancok, 1998). Kelompok pertama menekankan pada jaringan hubungan sosial
(social network), sedangkan kelompok kedua lebih menekankan pada karakteristik (traits)
yang melekat (embedded) pada diri individu manusia yang terlibat dalam sebuah interaksi
sosial. Pandangan kelompok pertama menekankan pada aspek jaringan hubungan sosial
yang diikat oleh kepemilikan informasi, rasa percaya, saling memahami, dan
kesamaan nilai, dan saling mendukung. Menurut pandangan kelompok ini modal
sosial akan semakin kuat apabila sebuah komunitas atau organisasi memiliki
jaringan hubungan kerjasama, baik secara internal komunitas/organisasi, atau
hubungan kerjasama yang bersifat antar komunitas/organisasi. Jaringan kerja
sama yang sinergistik yang merupakan modal sosial akan memberikan banyak
manfaat bagi kehidupan bersama. Pendapat
ahli dari kelompok kedua; Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas
jaringan hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai seseorang.
Modal sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam
perbedaan dan menghargai perbedaan (diversity). Pengakuan dan penghargaan atas
perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya kreativitas dan sinergi. Kemampuan
bergaul dengan orang yang berbeda, menghargai dan memanfaatkan secara bersama
perbedaan tersebut akan memberikan kebaikan buat semua. Kemampuan membangun
jaringan sosial inilah yang disebut dengan modal sosial.
Kamis, 08 Agustus 2013
Kamis, 10 Mei 2012
INTELLECTUAL CAPITAL
INTELLECTUAL CAPITAL: PERLAKUAN,
PENGUKURAN DAN PELAPORAN
(Tinjauan Teoritis)
Pendahuluan
Organisasi
apapun termasuk perusahaan pada saat ini agar dapat terus bertahan,
perusahaan-perusahaan mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada
tenaga kerja (labor-based business) menuju knowledge based business (bisnis
berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan.
Hal
tersebut dikarenakan seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki
karakteristik ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen
pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan
bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan
itu sendiri.
Dalam sistem
manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti
sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang
penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi.
Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh
bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis,
yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert 1998).
Pengertian
Intellectual Capital
1. Resource Based Theory
Sumber daya
dapat dianggap sebagai input yang memungkinkan perusahaan untuk
melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan kemampuan internal menentukan
pilihan-pilihan strategis yang dibuat oleh perusahaan saat berkompetisi dalam
lingkungan bisnis eksternal mereka. Kemampuan perusahaan juga memungkinkan
beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer value chain, mengembangkan
produk baru atau mengembangkan ke dalam pasar yang baru.
Resource
Based Theory (RBT) berfokus pada konsep atribut perusahaan yang difficult-to-imitate
sebagai sumber kinerja yang unggul dan keunggulan kompetitif (Barney, 1986;
Hamel dan Prahalad dalam Madhani, 2009).Menurut Conner dalam Madhani (2009),
variasi kinerja antara perusahaan tergantung pada kepemilikannya pada inputs
dan capabilities yang unik. Penrose (1959) dalam Astuti (2005) mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah
heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya
perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan.
Menurut Belkaoui (2003); Hunter dan William (2003)
dalam Saleh et al., (2008), resources based theory merupakan sumber
daya perusahaan sebagai pengendali utama di balik kinerja dan daya saing
perusahaan. Berdasarkan RBT ini, sebuah organisasi dapat dinilai sebagai
kumpulan dari sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya
organisasi (Barney, 1991; Amit dan Shoemaker, 1993 dalam Madhani, 2009) Sumber
daya organisasi yang berharga, langka, imperfectly imitable dan imperfectly
substituable adalah sumber utama dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan
untuk kinerja unggul yang berkelanjutan. Sumber daya harus memenuhi kriteria
“VRIN” agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang
berkelanjutan (Madhani, 2009). Kriteria VRIN adalah sebagai berikut:
1. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jikadapat
memberikan nilai strategis pada perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika
sumber daya tersebut membantu perusahaan dalam mengeksploitasi peluang pasar
atau membantu mengurangi ancaman (threats) pasar. Tidak ada keuntungan
memiliki sumber daya jika sumber daya tersebut tidak menambah atau menaikkan
nilai perusahaan.
2. Langka (R): Sumber
daya harus sulit ditemukan diantara para pesaing yang ada maupun pesaing
potensial. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik agar memberikan
keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan di
pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat
mendesain dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan
kompetitor yang lain.
Jumat, 02 Desember 2011
Pemimpin melihat Hari Esok
There are many elements to a campaign. Leadership is number one.
Everything else is number two. (Bernd Brecher dalam
Tom Stevens, 2006 )
Oleh:
Jaluanto. SPT.*)
Abstraksi
Penelitian
dan pembahasan mengenai kepemimpinan dari sekitar tahun 1930 an hingga kini,
selalu berkembang dan merupakan topik yang menarik untuk digagas dan
didiskusikan. Pendekatan teori untuk menjelaskan apa dan bagaimana kepemimpinan telah banyak dilakukan
oleh pakar manajemen. Pendekatan perilaku, pendekatan karakteristik pribadi,
sampai pendekatan situasional dilakukan untuk menguraikan teori kepemimpinan.
Pada intinya teori-teori ini menyatakan, Kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang mempengaruhi orang lain (dengan pengaruh dan gaya, cara tertentu) untuk mencapai tujuan.
Pembahasan
Pemimpin melihat hari esok, diilhami oleh situasi lingkungan yang kurang
kondusif bagi perkembangan manajemen tempat bekerja. Pemimpin-pemimpin yang
baik harus mempunyai kemampuan manajerial seperti Penyederhanaan dan Lebih banyak
Pendelegasian, kemudian dalam bekerja,
satu orang membutuhkan orang lain dalam mencapai tujuan yang
diinginkannya, untuk ini pemimpin harus
memperhatikan Kemitraan, Sikap Lintas Budaya, Pemimpin yang baik bukannya
dilayani melainkan memberikan Pelayanan, dan memperhatikan Revolusi Informasi.
Untuk melengkapinya, pemimpin juga harus mempunyai karakteristik pribadi yang
dapat mengayomi bawahannya atau pengikutnya. Ini merupakan usaha mensinergikan
dua hal yang berbeda yang dapat saling melengkapi
Kata
kunci: Kepemimpinan, kemampuan manajerial, karakteristik pribadi.
Pendahuluan
Revolusi globalisasi sepertinya tidak akan berhenti pada sebuah bidang
atau suatu masa tertentu. Saat ini pengaruh globalisasi ini tampak di bidang
manajemen, politik, teknologi, dan komunikasi. Masyarakat pada jaman mobilisasi
tanpa batas Negara dalam berkompetisi di bidang bisnis, pengembangan gagasan,
dan pemanfaatan sumber daya manusia.
Dalam situasi semacam ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, misalkan,
bisnis yang seperti apa harus dilaksanakan?, bagaimana ilmu pengetahuan akan
mengubah kehidupan manusia?, apakah perlombaan menumpuk kekayaan menjadi tren gaya kehidupan?, bagaimana
norma-norma kehidupan bermasyarakat akan berubah? Pemimpin di segala sektor
musti memperhatikan hal-hal semacam itu dalam menjalankan tugasnya.
Rumusan Masalah
Pumpunan
artikel ini mengarah kepada :
- Apa perilaku manajerial pemimpin dengan memperhatikan kondisi dan situasi lingkungan saat ini yang semakin mengglobal?
- Karakteristik pribadi apa yang dapat dipelajari dari seorang pemimpin?
*) Staf Pengajar
Fakultas Ekonomi UNTAG Semarang
Kamis, 13 Oktober 2011
Teori Kepemimpinan Kontigensi Fiedler
Kepemimpinan manajerial telah mempengaruhi kegiatan organisasi dalam banyak cara. Pengaruh-pengaruh ini termasuk memotivasi bawahan, sumber daya anggaran yang langka, dan melayani sebagai sumber komunikasi. Selama bertahun-tahun para peneliti telah menekankan pengaruh kepemimpinan pada kegiatan bawahan. Penekanan ini oleh para peneliti memunculkan teori-teori tentang kepemimpinan.
"Teori, pertama dan mungkin yang paling populer Teori situasional terdepan adalah Teori Contingency Efektivitas
Kepemimpinan 'yang dikembangkan oleh Fred E. Fiedler " (Bedeian, Glueck
504). Teori ini menjelaskan bahwa kinerja kelompok adalah hasil dari interaksi dari dua faktor. Faktor-faktor ini
dikenal sebagai gaya kepemimpinan dan situasional favorableness. Kedua faktor
ini akan dibahas bersama dengan aspek
lain dari teori Fiedler.
"Dalam model Fiedler,
efektivitas kepemimpinan adalah hasil
interaksi antara gaya pemimpin dan karakteristik lingkungan tempat pemimpin bekerja" (Gray, Starke 264).
Faktor besar pertama
dalam teori Fiedler dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Ini adalah sistem interaksi
yang konsisten yang terjadi antara seorang pemimpin dan kelompok kerja. "Menurut
Fiedler, gaya kepemimpinan seorang individu tergantung pada kepribadiannya dan,
dengan demikian, gaya kepemimpinannya tetap"
(Bedeian, Gleuck 504). Dalam rangka mengklasifikasikan gaya kepemimpinan, Fiedlers
telah mengembangkan suatu
indeks yang disebut skala
the Least-Preferred Coworker (LPC). Skala LPC meminta
seorang pemimpin untuk memikirkan
semua orang dengan
siapa ia pernah bekerja, dan kemudian untuk
menggambarkan orang yang bersangkutan bekerja dengannya. Orang
ini merupakan seseorang atau seseorang yang pernah
bekerja dengannya atau dia saat
ini bekerja dengannya. Dari skala 1 sampai 8, pemimpin diminta
untuk menggambarkan orang ini pada serangkaian bipolar skala seperti yang ditunjukkan
di bawah ini:
Angkuh 1 2 3 4 5 6 7 8 Ramah
Nir-Kooperatif 1 2 3 4 5 6 7 8 Koperatif
Benci 1 2 3 4 5 6 7 8 Pendukung
Tertutup 1 2 3 4 5 6 7 8 Terbuka
Nir-Kooperatif 1 2 3 4 5 6 7 8 Koperatif
Benci 1 2 3 4 5 6 7 8 Pendukung
Tertutup 1 2 3 4 5 6 7 8 Terbuka
Tanggapan terhadap skala
ini (biasanya sebanyak enam belas pernyataan) yang dijumlahkan dan dihitung rata-rata nya: skor LPC tinggi menunjukkan bahwa pemimpin memiliki
orientasi hubungan antar manusia, sedangkan skor LPC rendah menunjukkan orientasi
tugas. Logika Fiedler adalah bahwa individu yang menilai rekan kerja mereka relatif baik pada skala ini memperoleh kepuasan
dari hubungan interpersonal; mereka yang menilai rekan kerja relatif tidak menguntungkan/kurang baik mendapatkan
kepuasan dari kesuksesan kinerja
tugas "(Gray, Starke 264). Metode ini mengungkapkan reaksi emosional individu terhadap orang-orang yang ia tidak
dapat bekerja sama. Hal ini juga menekankan bahwa Metode ini tidak
selalu pengukuran yang akurat.
Langganan:
Postingan (Atom)