There are many elements to a campaign. Leadership is number one.
Everything else is number two. (Bernd Brecher dalam
Tom Stevens, 2006 )
Oleh:
Jaluanto. SPT.*)
Abstraksi
Penelitian
dan pembahasan mengenai kepemimpinan dari sekitar tahun 1930 an hingga kini,
selalu berkembang dan merupakan topik yang menarik untuk digagas dan
didiskusikan. Pendekatan teori untuk menjelaskan apa dan bagaimana kepemimpinan telah banyak dilakukan
oleh pakar manajemen. Pendekatan perilaku, pendekatan karakteristik pribadi,
sampai pendekatan situasional dilakukan untuk menguraikan teori kepemimpinan.
Pada intinya teori-teori ini menyatakan, Kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang mempengaruhi orang lain (dengan pengaruh dan gaya, cara tertentu) untuk mencapai tujuan.
Pembahasan
Pemimpin melihat hari esok, diilhami oleh situasi lingkungan yang kurang
kondusif bagi perkembangan manajemen tempat bekerja. Pemimpin-pemimpin yang
baik harus mempunyai kemampuan manajerial seperti Penyederhanaan dan Lebih banyak
Pendelegasian, kemudian dalam bekerja,
satu orang membutuhkan orang lain dalam mencapai tujuan yang
diinginkannya, untuk ini pemimpin harus
memperhatikan Kemitraan, Sikap Lintas Budaya, Pemimpin yang baik bukannya
dilayani melainkan memberikan Pelayanan, dan memperhatikan Revolusi Informasi.
Untuk melengkapinya, pemimpin juga harus mempunyai karakteristik pribadi yang
dapat mengayomi bawahannya atau pengikutnya. Ini merupakan usaha mensinergikan
dua hal yang berbeda yang dapat saling melengkapi
Kata
kunci: Kepemimpinan, kemampuan manajerial, karakteristik pribadi.
Pendahuluan
Revolusi globalisasi sepertinya tidak akan berhenti pada sebuah bidang
atau suatu masa tertentu. Saat ini pengaruh globalisasi ini tampak di bidang
manajemen, politik, teknologi, dan komunikasi. Masyarakat pada jaman mobilisasi
tanpa batas Negara dalam berkompetisi di bidang bisnis, pengembangan gagasan,
dan pemanfaatan sumber daya manusia.
Dalam situasi semacam ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, misalkan,
bisnis yang seperti apa harus dilaksanakan?, bagaimana ilmu pengetahuan akan
mengubah kehidupan manusia?, apakah perlombaan menumpuk kekayaan menjadi tren gaya kehidupan?, bagaimana
norma-norma kehidupan bermasyarakat akan berubah? Pemimpin di segala sektor
musti memperhatikan hal-hal semacam itu dalam menjalankan tugasnya.
Rumusan Masalah
Pumpunan
artikel ini mengarah kepada :
- Apa perilaku manajerial pemimpin dengan memperhatikan kondisi dan situasi lingkungan saat ini yang semakin mengglobal?
- Karakteristik pribadi apa yang dapat dipelajari dari seorang pemimpin?
*) Staf Pengajar
Fakultas Ekonomi UNTAG Semarang
Pembahasan
Pembahasan rumusan masalah di atas,
pertama akan diuraikan perilaku manajerial yang berfokus pada: mengupas
bagaimana suatu pekerjaan saat ini sebaiknya dilaksanakan karena
kompleksitasnya perlu Penyederhanaan dan Lebih banyak Pendelegasian, kemudian
dalam bekerja, satu orang membutuhkan
orang lain dalam mencapai tujuan yang diinginkannya, untuk ini pemimpin harus memperhatikan Kemitraan.
Perkembangan peradaban kehidupan, suatu perusahaan atau organisasi akan
memanfaatkan orang lain dari Negara lain atau suku lainnya, maka dari itu
pemimpin sebaiknya mengelola Sikap Lintas Budaya. Lebih lanjut, Pemimpin yang
baik bukannya dilayani melainkan memberikan Pelayanan kepada pihak – pihak yang
terkait, dan akhirnya, pelayanan yang efektif sang pemimpin musti memberikan
perhatiannya kepada Revolusi Informasi.
Karakteristik Pribadi, suatu berkah Tuhan kepada manusia yang layak
dipelajari oleh orang lain, bilamana ia berkehendak untuk menjadi pemimpin.
Untuk menirunya, tentu membutuhkan keberanian dan tekad yang kuat, Mungkin saja
tidak bisa seratus persen sama seperti yang diberkahi, tetapi dapat meniru
sebagian saja merupakan berkah tersendiri bagi yang bersangkutan.
1. Kemampuan Manajerial
Penyederhanaan dan
Lebih banyak Pendelegasian
Kemampuan seorang pemimpin betapa dituntut sedemikian sempurnanya dari
karakter atau ciri pribadi yang anggun yang santun hingga kemampuan manajerial,
politik, dan segala macam lainnya, yang menjadi atribut seorang pemimpin.
Penyelesaian suatu tugas atau pencapaian cita-cita yang diinginkan juga tak
terlepas dari arahan, semangat, dan visi sang pemimpin. Penyederhanaan dan
lebih banyak pendelegasian tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
Globalisasi saat ini bukan lagi dianggap sebagai tujuan yang akan dicapai
melainkan sebagai dasar pemikiran dalam menjalankan bisnis atau pemerintahan.
Pasar terbuka dan kendala geografi menjadi bukan alasan dan tidak relevan
sebagai penghalang. Kerjasama antar perusahaan atau pengambilalihan perusahaan
merupakan daya dorong dalam mengatasi tekanan kompetisi dan sebagai strategi
berkompetisi daripada menggunakan strategi strukturisasi keuangan dalam
berkompetisi (Welch Jr, 1990 dalam majalah Fortune)
Inovasi teknologi dan mewujudkan inovasi ini menjadi keunggulan pasar
akan semakin cepat dan lebih cepat lagi, demikian pula kepekaan menanggapi
tuntutan pelestarian alam menjadi pumpunan perhatian pemimpin. Kondisi seperti
ini menuntut komitmen semua anggota organisasi meningkatkan tanggung jawabnya
yang dapat diterima oleh pemerintah, karyawan, dan pelanggan.
Gaya
kerja seperti restrukturisasi atau perintah atasan – bawahan (birokratis) akan
menjadikan organisasi berkembang lambat alias kurang cepat menanggapi perubahan
lingkungan. Sang juara akan tampil adalah organisasi yang mampu mengembangkan
budaya yang mengijinkan anggotanya bergerak lebih cepat, melakukan komunikasi
lebih jelas, dan melibat semua unsur organisasi dalam usaha memenuhi persyaratan
(harapan) pelanggan.
Di sini semua bidang yang dipunyai suatu organisasi pada level yang sama,
tidak ada satu bagian lebih penting daripada yang lainnya. Misalkan, bagian
teknik lebih penting daripada bagian pemasaran. Ini merupakan rekayasa politik
organisasi belaka. Organisasi yang bersangkutan harus menyerasikan hubungannya
dengan pemasoknya dan pelangganya untuk memuaskan atau memenuhi harapan
pelanggan dan unggul di pasar dunia.
Penyederhanaan birokrasi dan pendelegasian yang lebih banyak berarti
memberikan kepercayaan kepada anggota organisasi lebih besar. Kedua hal ini
bila dilaksanakan akan meningkatkan kepercayaan diri sendiri setiap anggota
organisasi, karena tanpa disadari mereka diberikan kesempatan menjadi pemenang
dalam berkompetisi. Di sini peranan pemimpin bukan memberi perintah dan atau
mengawasi bawahannya, melainkan pemimpin harus mengarahkan, menyemangati, dan
mendukung para bawahan mencapai tujuan organisasi.
Selain hal tersebut di atas, organisasi masih memerlukan satu piranti lainnya,
yaitu intelektualitas. Pendidikan dan pelatihan anggota organiasi merupakan
sebuah investasi bukan sebagai biaya yang harus dikeluarkan hilang percuma.
Pendidikan dan pelatihan adalah kunci produktivitas. Pendidikan dan pelatihan
yang terus menerus sebagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
memberikan rangsangan bagi pesertanya untuk menemukan cara kerja baru yang
lebih baik dari pada sebelumnya. Pendidikan dan pelatihan harus sebagai budaya
organisasi. Dalam era globalisasi sang juara bukan individu orang seorang
melainkan organisasi seutuhnya.
Kemitraan
Kemitraan dapat dilihat secara
internal dan eksternal. Secara internal, kemitraan berarti membangun komunikasi
dan jembatan penghubung perbedaan budaya anggota organisasi yang makin beragam.
Kedua hal ini merupakan prioritas utama agar terjadi keseimbangan senior dan
junior proses kegiatan organisasi. Jika semua anggota organisasi bekerja
sebagai sebuah tim, maka mereka akan melihat tujuan dengan kesamaan persepsi.
Di sini satu orang mampu mencapai tujuan organisasi sendiri hanya kebohongan.
Kemitraan secara eksternal, berarti
bekerja sama dengan pihak – pihak di luar organisasi yang bersangkutan, seperti
dengan perusahaan atau organisasi lainnya, dengan pemerintahan, dan dengan
masyarakat. Saat ini, ketergantungan di antara mereka merupakan suatu strategi
bisnis yang makin dibutuhkan, karena mereka saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.
Sebuah ilustrasi, mendirikan usaha
di Negara lain berbeda dengan konsep lama, yaitu perusahaan menempatkan
orangnya dan produk-produknya kemudian menjual di Negara tersebut. Sekarang,
membangun usaha di Negara lain, berarti membangun kemitraan dengan perusahaan
mitra lokal dan pemerintah setempat. Hambatan yang terjadi adalah bagaimana melaksanakan
strategi global dan masih memberikan kesempatan kepada mitra lokal tetap
memimpin dan mengendalikan organisasinya. Bersikap sebagai wiraswastawan
merupakan dukungan dari organisasi induknya yang akan membuat mitra lokal
bertanggung jawab terhadap hasil yang diraihnya. (Descarpentries, 1990 dalam
majalah Fortune).
Pendekatan kemitraan dalam
memanajemeni sumber daya manusia, berarti membuang jauh pendekatan kekuasaan
(authoritarian approach) dan mengganti dengan pendekatan pengambilan keputusan
bersama (a shared decision-making approach). Pendekatan yang terakhir,
misalkan, dapat dilaksanakan dengan
mengijinkan mitra lokal membeli atau memiliki saham perusahaan sekalipun porsi
yang kecil.
Sikap Lintas Budaya
motivasi yang baik, dan ingin menggunakan potensi yang dimilikinya. Sekarang ini, manajer bukanlah orang
yang pengawasi pekerjaan dan memotivasi
bawahan, tetapi orang yang memberi kebebasan dan kesempatan berkarya bagi
bawahannya. Era globalisasi
merupakan era sikap lintas budaya (cross-cultural attitude). Pendalaman
pengertian bahwa kaum wanita, minoritas etnik, dan para imigran, mereka ini
mampu memberikan kontribusi keberhasilan perusahaan. Sebuah barik pabrik
peralatan kantor di California, mengetrapkan gagasan ini, menggunakan
komunikasi dalam bahasa Inggris, bahasa Spanyol, dan bahasa Vietnam, empat
wanita dan dua orang kulit hitam wakil presiden. Hal ini membuat karyawan kulit
putih merasa tidak nyaman, akan tetapi pemilik perusahaan berkata keluar atau
pindah ke kantor lain; kebhinnekaan tetap akan hidup di sini. Ini merupakan lebih pada pemahaman moral pada
karyawan bukan dengan slogan tetapi dengan perilaku. Kepemimpinan
dilihat dari sorot mata pengikutinya. Orang percaya karena melihat apa yang
dilakukan bukan apa yang dikatakan.
Pelayanan
Kepemimpinan sering diartikan
dengan jabatan formal, yang justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan
pelayanan dari bawahan (pengikut) yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di
antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan
adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa
dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan
kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani. (Aribowo.P dan Roy.S, 2002).
Blanchard (2007) dan kawan kawan, berjudul Leadership by The Book (LTB),
mengisahkan tentang tiga karakter yang mewakili tiga
aspek kepemimpinan yang melayani, yaitu seorang pendeta, seorang professor,
dan seorang profesional yang sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek
kepemimpinan tersebut adalah HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau PIKIRAN
yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).
Menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah
ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati
yang melayani, yaitu:
Pertama, tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan
mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin
seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat
jarang kita temui.
Kedua, Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya
untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah
organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut. Jika sebuah organisasi mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin yang unggul, maka organisasi akan berkembang dan menjadi kuat.
Ketiga, Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada
mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian terhadap
kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Keempat, seorang pemimpin yang
memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah
akuntabilitas adalah i penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi
kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti
dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi
begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh
pengendalian diri dan tidak mudah emosi.
KEPALA atau pikiran yang melayani. Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati
atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda
kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin
memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas
seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif
sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah
para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan
rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan
mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak
efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka
tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya. Tidak banyak pemimpin yang
memiliki kemampuan metoda kepemimpinan, karena hal ini tidak pernah diajarkan
di sekolah-sekolah formal. Ini merupakan kesempatan institusi formal agar
memperhatikan ketrampilan seperti softskill atau personal skill.
Dalam salah satu artikel yang berjudul Can Leadership Be Taught (Doh,
J.P. 2003) dibahas bahwa
kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga
melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan,
yaitu:
Pertama, Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang yang dipimpinnya menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Untuk itu, mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perilaku manajemen.
Pertama, Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang yang dipimpinnya menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Untuk itu, mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perilaku manajemen.
Kedua, Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat
responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan,
harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan
ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.
Ketiga, Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau
pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya. Artinya dia memiliki kemampuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam melakukan
perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan
sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan
pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
TANGAN yang melayani. Pemimpin
musti menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken
Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:
Pertama, Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki
wahid. Pada umumnya, banyak pemimpin [juga banyak orang lain] justru tidak
pandai mendengar. Kalau orang lain berbicara, maka pihak yang mendengarkan justru
merancang jawabannya, sehingga siap menjadi penyelamat dengan solusi tertentu.
Namun demikian, yang terjadi justru sebaliknya, solusi tadi menjadi tidak tepat
karena pihak yang bersangkutan tidak mendengar dengan seksama apa yang disampai
oleh si pembicara. Sebaiknya, mendengarkan dengan seksama, kemudian mengulang
apa inti yang dibicarakan, jika benar, maka tanggapan mendekati kebenaran.
Pertama, Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki
misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam
setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Kedua, Pemimpin sejati fokus
pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya
kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak.
Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani
sesamanya. Pemimpin lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih
dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Terakhir, Pemimpin sejati
senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan,
kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
Revolusi
Informasi
Kemajuan
pengembangan teknologi informasi, membawa dampak bagi kehidupan manusia secara
positif maupun negatif. Dampak positif ini terlihat dari, sala satunya,
hubungan satu orang dengan orang lain tanpa memperduli dimana pun mereka sedang
berada, dapat melakukan komunikasi dengan berbagai cara. Misalkan, dengan
telepon seluler, atau dengan e-mail, atau dengan facebook, atau dengan black
barry. Sementara itu, dampak negatif dari revolusi teknologi informasi, antara
lain, sosialisasi bermasyarakat makin berkurang karena mereka sering
menggunakan sarana ini untuk berkomunikasi, bukannya menggunakan sarana tatap
muka langsung. Penyalahgunaan teknologi untuk kepentingan kelompok atau justru
fitnah terhadap seseorang, yang sering terjadi artis-artis yang menjadi
korbannya.
Berkaitan
dengan dunia informasi, kepemipinan selayaknya memperhatikan perkembangannya,
karena beberapa hal seperti yang disampaikan Bass (1990: 881) Informasi mudah
diperluas. Makin banyak informasi yang dimiliki, makin sering digunakan, maka
makin banyak kegunaan yang didapat. Informasi bukan sumber daya yang langka dan
kemampuan orang memanfaatkannyalah yang membatasi pertumbuhannya. Hal ini dapat
berakibat kebanyakan informasi keputusan yang diambil bisa saja tertunda atau
justru tidak optimum.
Selain itu, informasi dapat dipadatkan. Informasi dapat
dikonsentrasikan pada satu hal saja, dipadukan dengan yang lainnya, dapat
diringkas, dan
diminiaturkan dalam manipulasi kemudian disimpan.
Informasi tidak banyak menggunakan energi dan pengorbanan pisik lainnya.
Selanjutnya,
informasi dapat menggantikan tanah, tenaga kerja, dan kapital. Ilustrasinya,
semua isi perpustakaan dapat ditempat dalam satu komputer data base atau gudang
data (data warehouse). Otomatisasi menggantikan tenaga manusia. Pengorganisasi
data berakibat mengurangi tempat penyimpanan.
Terlebih
lagi, informasi dapat dikirim. Telekomunikasi menjadikan pertemuan langsung
tidak begitu diperlukan. Orang dapat bekerja secara global. Namun demikian,
perlu dipahami bahwa informasi dapat disimpangkan. Artinya, informasi dapat
dengan sengaja dibocorkan kepada pihak lain bagi kemanfaatan pihak lain.
Sekalipun pihak yang memiliki informasi sudah menjaga kerahasiaannya, tetapi
kebocoran informasi selalu saja terjadi.
Informasi
dapat dibagikan. Informasi dalam lingkungan yang luas (tak terbatas) merupakan
lingkungan berbagi, standar, peraturan, konvensi, dan pengkodean dibedakan
dengan informasi yang dikelola untuk kepentingan pasar ekonomi. Artinya,
keterlibatan suatu pihak dengan sumber informasi yang berbeda, sekarang ini,
dapat memanfaatkan multiscalling of categorization.
2. Karakteristik Pribadi
Banyak
teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar manajemen maupun para
praktisi dunia bisnis, dunia pendidikan dan sebagainya yang menyatakan bahwa
bagaimana memimpin memang bisa dipelajari, namun karakteristik personal
merupakan rahmat Ilahi yang tidak bisa ditiru atau diminta, pun dipelajari
tetap dapat dilakukan.
Terjadi kemungkinan kita melihat pemimpin
suatu organisasi berlaku manipulasi atau intimidasi dalam menjalankan tugasnya.
Mungkin juga terdapat pemimpin yang tidak harus mendengar pendapat orang lain
karena otoritas yang dipegangnya. Pemimpin yang demikian ini sebenarnya bukanlah
pemimpin. Mereka ini mungkin saja para dictator, karena seorang pemimpin sejati
setidak-tidaknya memiliki tujuh karakteristik yang tampak atau terwujud dalam
tingkah lakunya tanpa paksaan (James Heller, 2009)
Pertama, Pendengar. Hal ini nampaknya seperti
sesuatu yang aneh, tetapi menjadi kenyataan bahwa kualitas pemimpin ditandai
sebagai pendengar kelas
Kedua, Pengharapan.
Pengikut harus mengerti benar apa yang diharapkan oleh pemimpinnya. Pemimpin
harus mengerti apa harapannya dia sendiri dan apa yang diharapkan dari
pengikutnya. Harapan sering disampaikan secara implisit ketimbang dijelas
secara gamblang.
Ketiga, Kepercayaan,
ini diperoleh bukan diminta. Apakah orang – orang yang
dipimpin mempercayai pemimpinnya dan apakah sang pemimpin mempercayai
pengikutnya mampu mencapai tujuan yang diharapkan? Pertanyaan ini tidak mudah
dijawab sampai terbukti secara alami melalui suatu kejadian tertentu. Sebagai
pemimpin diharapkan oleh masyarakatnya adalah kejujuran dan keadilan sehingga
jika kedua hal ini tidak terwujud, maka untuk mendapatkan kepercayaan dari
pengikutnya semakin sulit.
Keempat, Arahan,
setiap orang memerlukan arahan. Seperti kita misalnya dalam menyelesaikan tugas
musti mengerti batasan tugas yang dikerjakan. Jadi jika seseorang diberi tugas
tanpa arahan yang memadai (sumberdaya apa yang tersedia dan tugas ini terkait
dengan bagian mana saja), maka yang bersangkutan akan mencari cara sendiri
menyelesaikan tugasnya. Bila tidak seseuai harapan, tidak boleh dipersoalkan,
karena arahan dari pemimpinnya tidak mencukupi.
Kelima, Visi,
Seorang pemimpin mempunyai visi. Dia tahu kemana dia pergi, Dia melihat gambar
besar. Para pengikut menyukai pemimpin yang
sungguh-sungguh mengerti kemana arah tujuan yang akan dicapai. Para pengikut ingin memastikan pemimpin paham tujuannya.
Keenam, Tekad,
Seorang pemimpin harus mempunyai tekat dalam mencapai tujuannya. Dia harus
menjadi pengaruh yang positif. Pemimpin ini akan mencari karakteristik positif
para pengikutnya dan mendorong mereka mengembangkan ketrampilannya.
Ketujuh, Perhatian,
Pemimpin sejati selalu memberi perhatian kepada para pengikutnya. Pemimpin ini
benar-benar menjaga mereka. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka sang pemimpin maju dan
melindunginya. Dia tidak melontarkan kesalahan. Dia justru memberi perhatian
kepada pengikutnya dan merawat bila mereka “terluka”.
Simpulan
Menjadi seorang pemimpin pada
organisasi apapun, tidak lah cukup bila hanya bertumpu pada karakteristik
kepemimpinan yang dibawa sejak lahir. Karakteristik menjadi tidak bermanfaat,
jika tidak diasah atau ditempa oleh pengalaman. Karakteristik kepemimpinan yang
dibawa sejak lahir merupakan faktor kekuatan seorang calon pemimpin, yang dapat
dijadikan titik fokus peningkatan kemampuan kepemimpinan seseorang, Hal ini
jauh lebih baik daripada mencoba mengatasi kelemahan-kelemahan yang dipunyai
calon pemimpin. Pengatasan kelemahan seperti ini hanya membuang waktu sahaja.
Mempelajari teknik atau metoda
kepemimpinan merupakan faktor lain yang juga harus mendapatkan porsi perhatian
yang sama bagi calon pemimpin. Teori ataupun pendekatan metoda kepemimpinan
semakin hari semakin bervariasi,pada satu sisi, sedangkan tingkat pendidikan
masyarakat meningkat pula seiring sebaran segala macam informasi yang dapat
diperoleh dengan teknologi informasi yang dapat dijangkau masyarakat.
Revolusi
teknologi informasi, dapat mengubah metoda kepemimpinan bahkan gaya kepemimpinan
seseorang. Di sini, seorang pemimpin, untuk saat ini, tidak dapat melepaskan
diri dari pengaruh dampak teknologi informasi. Siapa yang tidak mengapainya,
dia lah yang tertinggal. Teknologi informasi bukan sekedar piranti manajemen
mengelola data menjadi informasi yang bermanfaat, akan tetapi ia sudah menjadi
bagian dari strategi kepemimpinan dan manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Aribowo.P dan Roy.S, (2002) Kepemimpinan yang Melayani, Sinar Harapan, Harian Sore, 8 Februari.
Bass, Bernard.M (1990) Bass&Stogdill’s
Handbook of Leadership: Theory, Research, and Managerial Applications, 3rd
edition, The Free Press, New York.
Blanchard, Kenneth (2007) http://www.amazon.com/ Leadership-Book-Tools-Transform-Workplace
/dp/0688172393
Depree, Max
(1990) It’s Not What You Preach but How
You Behave, majalah Fortune, 26 Maret
Descarpentries,
Jean Marie (1990) Let the Manager Do his
Thing – or Replace Him, majalah
Fortune, 26 Maret.
Doh, J.P. (2003) Can leadership be taught? Perspectives
from management educators. Academy of Management: Learning & Education, Vol. 2.,
No.1, March 2003.
Heller, James (2009) Seven Characteristics of Agreat Leader, http://www.isnare.com/?aid=209867&ca=Leadership
Stevens, Tom (2006) Leadership
Tools: Looking In the Mirror to Find Success, http://www.thinkleadershipideas.com
Welch Jr, John.F.
(1990) We’ve Got to Simplify and Delegate
More, majalah Fortune, 26 Maret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar