Jumat, 02 Desember 2011

Pemimpin melihat Hari Esok




There are many elements to a campaign. Leadership is number one. Everything else is number two. (Bernd Brecher dalam Tom Stevens, 2006 )
Oleh:
Jaluanto. SPT.*)
Abstraksi

Penelitian dan pembahasan mengenai kepemimpinan dari sekitar tahun 1930 an hingga kini, selalu berkembang dan merupakan topik yang menarik untuk digagas dan didiskusikan. Pendekatan teori untuk menjelaskan apa dan  bagaimana kepemimpinan telah banyak dilakukan oleh pakar manajemen. Pendekatan perilaku, pendekatan karakteristik pribadi, sampai pendekatan situasional dilakukan untuk menguraikan teori kepemimpinan. Pada intinya teori-teori ini menyatakan, Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain (dengan pengaruh dan gaya, cara tertentu) untuk mencapai tujuan.
Pembahasan Pemimpin melihat hari esok, diilhami oleh situasi lingkungan yang kurang kondusif bagi perkembangan manajemen tempat bekerja. Pemimpin-pemimpin yang baik harus mempunyai kemampuan manajerial seperti Penyederhanaan dan Lebih banyak Pendelegasian, kemudian dalam bekerja,  satu orang membutuhkan orang lain dalam mencapai tujuan yang diinginkannya,  untuk ini pemimpin harus memperhatikan Kemitraan, Sikap Lintas Budaya, Pemimpin yang baik bukannya dilayani melainkan memberikan Pelayanan, dan memperhatikan Revolusi Informasi. Untuk melengkapinya, pemimpin juga harus mempunyai karakteristik pribadi yang dapat mengayomi bawahannya atau pengikutnya. Ini merupakan usaha mensinergikan dua hal yang berbeda yang dapat saling melengkapi

Kata kunci: Kepemimpinan, kemampuan manajerial, karakteristik pribadi.

Pendahuluan
 Revolusi globalisasi sepertinya tidak akan berhenti pada sebuah bidang atau suatu masa tertentu. Saat ini pengaruh globalisasi ini tampak di bidang manajemen, politik, teknologi, dan komunikasi. Masyarakat pada jaman mobilisasi tanpa batas Negara dalam berkompetisi di bidang bisnis, pengembangan gagasan, dan pemanfaatan sumber daya manusia.
Dalam situasi semacam ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, misalkan, bisnis yang seperti apa harus dilaksanakan?, bagaimana ilmu pengetahuan akan mengubah kehidupan manusia?, apakah perlombaan menumpuk kekayaan menjadi tren gaya kehidupan?, bagaimana norma-norma kehidupan bermasyarakat akan berubah? Pemimpin di segala sektor musti memperhatikan hal-hal semacam itu dalam menjalankan tugasnya.

Rumusan Masalah
            Pumpunan artikel ini mengarah kepada :
  1. Apa perilaku manajerial pemimpin dengan memperhatikan kondisi dan situasi lingkungan saat ini yang semakin mengglobal?
  2. Karakteristik pribadi apa yang dapat dipelajari dari seorang pemimpin?



 
*) Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNTAG Semarang


Pembahasan
            Pembahasan rumusan masalah di atas, pertama akan diuraikan perilaku manajerial yang berfokus pada: mengupas bagaimana suatu pekerjaan saat ini sebaiknya dilaksanakan karena kompleksitasnya perlu Penyederhanaan dan Lebih banyak Pendelegasian, kemudian dalam bekerja,  satu orang membutuhkan orang lain dalam mencapai tujuan yang diinginkannya,  untuk ini pemimpin harus memperhatikan Kemitraan.
Perkembangan peradaban kehidupan, suatu perusahaan atau organisasi akan memanfaatkan orang lain dari Negara lain atau suku lainnya, maka dari itu pemimpin sebaiknya mengelola Sikap Lintas Budaya. Lebih lanjut, Pemimpin yang baik bukannya dilayani melainkan memberikan Pelayanan kepada pihak – pihak yang terkait, dan akhirnya, pelayanan yang efektif sang pemimpin musti memberikan perhatiannya kepada Revolusi Informasi.
Karakteristik Pribadi, suatu berkah Tuhan kepada manusia yang layak dipelajari oleh orang lain, bilamana ia berkehendak untuk menjadi pemimpin. Untuk menirunya, tentu membutuhkan keberanian dan tekad yang kuat, Mungkin saja tidak bisa seratus persen sama seperti yang diberkahi, tetapi dapat meniru sebagian saja merupakan berkah tersendiri bagi yang bersangkutan.

1. Kemampuan Manajerial

Penyederhanaan dan Lebih banyak Pendelegasian
 Kemampuan seorang pemimpin betapa dituntut sedemikian sempurnanya dari karakter atau ciri pribadi yang anggun yang santun hingga kemampuan manajerial, politik, dan segala macam lainnya, yang menjadi atribut seorang pemimpin. Penyelesaian suatu tugas atau pencapaian cita-cita yang diinginkan juga tak terlepas dari arahan, semangat, dan visi sang pemimpin. Penyederhanaan dan lebih banyak pendelegasian tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
Globalisasi saat ini bukan lagi dianggap sebagai tujuan yang akan dicapai melainkan sebagai dasar pemikiran dalam menjalankan bisnis atau pemerintahan. Pasar terbuka dan kendala geografi menjadi bukan alasan dan tidak relevan sebagai penghalang. Kerjasama antar perusahaan atau pengambilalihan perusahaan merupakan daya dorong dalam mengatasi tekanan kompetisi dan sebagai strategi berkompetisi daripada menggunakan strategi strukturisasi keuangan dalam berkompetisi (Welch Jr, 1990 dalam majalah Fortune)

Inovasi teknologi dan mewujudkan inovasi ini menjadi keunggulan pasar akan semakin cepat dan lebih cepat lagi, demikian pula kepekaan menanggapi tuntutan pelestarian alam menjadi pumpunan perhatian pemimpin. Kondisi seperti ini menuntut komitmen semua anggota organisasi meningkatkan tanggung jawabnya yang dapat diterima oleh pemerintah, karyawan, dan pelanggan.
Gaya kerja seperti restrukturisasi atau perintah atasan – bawahan (birokratis) akan menjadikan organisasi berkembang lambat alias kurang cepat menanggapi perubahan lingkungan. Sang juara akan tampil adalah organisasi yang mampu mengembangkan budaya yang mengijinkan anggotanya bergerak lebih cepat, melakukan komunikasi lebih jelas, dan melibat semua unsur organisasi dalam usaha memenuhi persyaratan (harapan) pelanggan.
Di sini semua bidang yang dipunyai suatu organisasi pada level yang sama, tidak ada satu bagian lebih penting daripada yang lainnya. Misalkan, bagian teknik lebih penting daripada bagian pemasaran. Ini merupakan rekayasa politik organisasi belaka. Organisasi yang bersangkutan harus menyerasikan hubungannya dengan pemasoknya dan pelangganya untuk memuaskan atau memenuhi harapan pelanggan dan unggul di pasar dunia.
Penyederhanaan birokrasi dan pendelegasian yang lebih banyak berarti memberikan kepercayaan kepada anggota organisasi lebih besar. Kedua hal ini bila dilaksanakan akan meningkatkan kepercayaan diri sendiri setiap anggota organisasi, karena tanpa disadari mereka diberikan kesempatan menjadi pemenang dalam berkompetisi. Di sini peranan pemimpin bukan memberi perintah dan atau mengawasi bawahannya, melainkan pemimpin harus mengarahkan, menyemangati, dan mendukung para bawahan mencapai tujuan organisasi.
Selain hal tersebut di atas, organisasi masih memerlukan satu piranti lainnya, yaitu intelektualitas. Pendidikan dan pelatihan anggota organiasi merupakan sebuah investasi bukan sebagai biaya yang harus dikeluarkan hilang percuma. Pendidikan dan pelatihan adalah kunci produktivitas. Pendidikan dan pelatihan yang terus menerus sebagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan memberikan rangsangan bagi pesertanya untuk menemukan cara kerja baru yang lebih baik dari pada sebelumnya. Pendidikan dan pelatihan harus sebagai budaya organisasi. Dalam era globalisasi sang juara bukan individu orang seorang melainkan organisasi seutuhnya.

Kemitraan
            Kemitraan dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal, kemitraan berarti membangun komunikasi dan jembatan penghubung perbedaan budaya anggota organisasi yang makin beragam. Kedua hal ini merupakan prioritas utama agar terjadi keseimbangan senior dan junior proses kegiatan organisasi. Jika semua anggota organisasi bekerja sebagai sebuah tim, maka mereka akan melihat tujuan dengan kesamaan persepsi. Di sini satu orang mampu mencapai tujuan organisasi sendiri hanya kebohongan.
            Kemitraan secara eksternal, berarti bekerja sama dengan pihak – pihak di luar organisasi yang bersangkutan, seperti dengan perusahaan atau organisasi lainnya, dengan pemerintahan, dan dengan masyarakat. Saat ini, ketergantungan di antara mereka merupakan suatu strategi bisnis yang makin dibutuhkan, karena mereka saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
            Sebuah ilustrasi, mendirikan usaha di Negara lain berbeda dengan konsep lama, yaitu perusahaan menempatkan orangnya dan produk-produknya kemudian menjual di Negara tersebut. Sekarang, membangun usaha di Negara lain, berarti membangun kemitraan dengan perusahaan mitra lokal dan pemerintah setempat. Hambatan yang terjadi adalah bagaimana melaksanakan strategi global dan masih memberikan kesempatan kepada mitra lokal tetap memimpin dan mengendalikan organisasinya. Bersikap sebagai wiraswastawan merupakan dukungan dari organisasi induknya yang akan membuat mitra lokal bertanggung jawab terhadap hasil yang diraihnya. (Descarpentries, 1990 dalam majalah Fortune).
            Pendekatan kemitraan dalam memanajemeni sumber daya manusia, berarti membuang jauh pendekatan kekuasaan (authoritarian approach) dan mengganti dengan pendekatan pengambilan keputusan bersama (a shared decision-making approach). Pendekatan yang terakhir, misalkan, dapat  dilaksanakan dengan mengijinkan mitra lokal membeli atau memiliki saham perusahaan sekalipun porsi yang kecil.
 Sikap Lintas Budaya
           Depree (1990) mengatakan bahwa pada umumnya orang pergi bekerja dengan persiapan yang baik,
 motivasi yang baik, dan ingin menggunakan potensi yang dimilikinya. Sekarang ini, manajer bukanlah orang

 yang pengawasi pekerjaan dan memotivasi bawahan, tetapi orang yang memberi kebebasan dan kesempatan berkarya bagi bawahannya. Era globalisasi merupakan era sikap lintas budaya (cross-cultural attitude). Pendalaman pengertian bahwa kaum wanita, minoritas etnik, dan para imigran, mereka ini mampu memberikan kontribusi keberhasilan perusahaan. Sebuah barik pabrik peralatan kantor di California, mengetrapkan gagasan ini, menggunakan komunikasi dalam bahasa Inggris, bahasa Spanyol, dan bahasa Vietnam, empat wanita dan dua orang kulit hitam wakil presiden. Hal ini membuat karyawan kulit putih merasa tidak nyaman, akan tetapi pemilik perusahaan berkata keluar atau pindah ke kantor lain; kebhinnekaan tetap akan hidup di sini.  Ini merupakan lebih pada pemahaman moral pada karyawan bukan dengan slogan tetapi dengan perilaku. Kepemimpinan dilihat dari sorot mata pengikutinya. Orang percaya karena melihat apa yang dilakukan bukan apa yang dikatakan.
 Pelayanan
Kepemimpinan sering diartikan dengan jabatan formal, yang justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari bawahan (pengikut) yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.                   (Aribowo.P dan Roy.S, 2002).
Blanchard (2007) dan kawan kawan, berjudul Leadership by The Book (LTB), mengisahkan tentang tiga karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani, yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau PIKIRAN yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).
Menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu:

Pertama, tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita temui.
 Kedua, Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin yang unggul, maka organisasi akan berkembang dan menjadi kuat.
Ketiga, Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian terhadap kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Keempat, seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah i penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.
KEPALA atau pikiran yang melayani. Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.  Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan, karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Ini merupakan kesempatan institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti softskill atau personal skill.
 Dalam salah satu artikel yang berjudul Can Leadership Be Taught (Doh, J.P. 2003) dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:
Pertama, Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.   Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang yang dipimpinnya menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Untuk itu,  mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perilaku manajemen.
Kedua, Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.
Ketiga, Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya.  Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam melakukan perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
TANGAN yang melayani.  Pemimpin musti menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:
Pertama, Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki

misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.  
Kedua, Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Pemimpin lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata. 
Terakhir, Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
Revolusi Informasi
            Kemajuan pengembangan teknologi informasi, membawa dampak bagi kehidupan manusia secara positif maupun negatif. Dampak positif ini terlihat dari, sala satunya, hubungan satu orang dengan orang lain tanpa memperduli dimana pun mereka sedang berada, dapat melakukan komunikasi dengan berbagai cara. Misalkan, dengan telepon seluler, atau dengan e-mail, atau dengan facebook, atau dengan black barry. Sementara itu, dampak negatif dari revolusi teknologi informasi, antara lain, sosialisasi bermasyarakat makin berkurang karena mereka sering menggunakan sarana ini untuk berkomunikasi, bukannya menggunakan sarana tatap muka langsung. Penyalahgunaan teknologi untuk kepentingan kelompok atau justru fitnah terhadap seseorang, yang sering terjadi artis-artis yang menjadi korbannya.
            Berkaitan dengan dunia informasi, kepemipinan selayaknya memperhatikan perkembangannya, karena beberapa hal seperti yang disampaikan Bass (1990: 881) Informasi mudah diperluas. Makin banyak informasi yang dimiliki, makin sering digunakan, maka makin banyak kegunaan yang didapat. Informasi bukan sumber daya yang langka dan kemampuan orang memanfaatkannyalah yang membatasi pertumbuhannya. Hal ini dapat berakibat kebanyakan informasi keputusan yang diambil bisa saja tertunda atau justru tidak optimum.
            Selain itu, informasi dapat dipadatkan. Informasi dapat dikonsentrasikan pada satu hal saja, dipadukan dengan yang lainnya, dapat diringkas, dan
diminiaturkan dalam manipulasi kemudian disimpan. Informasi tidak banyak menggunakan energi dan pengorbanan pisik lainnya.
            Selanjutnya, informasi dapat menggantikan tanah, tenaga kerja, dan kapital. Ilustrasinya, semua isi perpustakaan dapat ditempat dalam satu komputer data base atau gudang data (data warehouse). Otomatisasi menggantikan tenaga manusia. Pengorganisasi data berakibat mengurangi tempat penyimpanan.
            Terlebih lagi, informasi dapat dikirim. Telekomunikasi menjadikan pertemuan langsung tidak begitu diperlukan. Orang dapat bekerja secara global. Namun demikian, perlu dipahami bahwa informasi dapat disimpangkan. Artinya, informasi dapat dengan sengaja dibocorkan kepada pihak lain bagi kemanfaatan pihak lain. Sekalipun pihak yang memiliki informasi sudah menjaga kerahasiaannya, tetapi kebocoran informasi selalu saja terjadi.
            Informasi dapat dibagikan. Informasi dalam lingkungan yang luas (tak terbatas) merupakan lingkungan berbagi, standar, peraturan, konvensi, dan pengkodean dibedakan dengan informasi yang dikelola untuk kepentingan pasar ekonomi. Artinya, keterlibatan suatu pihak dengan sumber informasi yang berbeda, sekarang ini, dapat memanfaatkan multiscalling of categorization.

2. Karakteristik Pribadi
Banyak teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar manajemen maupun para praktisi dunia bisnis, dunia pendidikan dan sebagainya yang menyatakan bahwa bagaimana memimpin memang bisa dipelajari, namun karakteristik personal merupakan rahmat Ilahi yang tidak bisa ditiru atau diminta, pun dipelajari tetap dapat dilakukan.
Terjadi kemungkinan kita melihat pemimpin suatu organisasi berlaku manipulasi atau intimidasi dalam menjalankan tugasnya. Mungkin juga terdapat pemimpin yang tidak harus mendengar pendapat orang lain karena otoritas yang dipegangnya. Pemimpin yang demikian ini sebenarnya bukanlah pemimpin. Mereka ini mungkin saja para dictator, karena seorang pemimpin sejati setidak-tidaknya memiliki tujuh karakteristik yang tampak atau terwujud dalam tingkah lakunya tanpa paksaan (James Heller, 2009)
Pertama, Pendengar. Hal ini nampaknya seperti sesuatu yang aneh, tetapi menjadi kenyataan bahwa kualitas pemimpin ditandai sebagai pendengar kelas  wahid. Pada umumnya, banyak pemimpin [juga banyak orang lain] justru tidak pandai mendengar. Kalau orang lain berbicara, maka pihak yang mendengarkan justru merancang jawabannya, sehingga siap menjadi penyelamat dengan solusi tertentu. Namun demikian, yang terjadi justru sebaliknya, solusi tadi menjadi tidak tepat karena pihak yang bersangkutan tidak mendengar dengan seksama apa yang disampai oleh si pembicara. Sebaiknya, mendengarkan dengan seksama, kemudian mengulang apa inti yang dibicarakan, jika benar, maka tanggapan mendekati kebenaran.
Kedua, Pengharapan. Pengikut harus mengerti benar apa yang diharapkan oleh pemimpinnya. Pemimpin harus mengerti apa harapannya dia sendiri dan apa yang diharapkan dari pengikutnya. Harapan sering disampaikan secara implisit ketimbang dijelas secara gamblang. 
Ketiga, Kepercayaan, ini diperoleh bukan diminta. Apakah orang – orang yang dipimpin mempercayai pemimpinnya dan apakah sang pemimpin mempercayai pengikutnya mampu mencapai tujuan yang diharapkan? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab sampai terbukti secara alami melalui suatu kejadian tertentu. Sebagai pemimpin diharapkan oleh masyarakatnya adalah kejujuran dan keadilan sehingga jika kedua hal ini tidak terwujud, maka untuk mendapatkan kepercayaan dari pengikutnya semakin sulit.
Keempat, Arahan, setiap orang memerlukan arahan. Seperti kita misalnya dalam menyelesaikan tugas musti mengerti batasan tugas yang dikerjakan. Jadi jika seseorang diberi tugas tanpa arahan yang memadai (sumberdaya apa yang tersedia dan tugas ini terkait dengan bagian mana saja), maka yang bersangkutan akan mencari cara sendiri menyelesaikan tugasnya. Bila tidak seseuai harapan, tidak boleh dipersoalkan, karena arahan dari pemimpinnya tidak mencukupi.
Kelima, Visi, Seorang pemimpin mempunyai visi. Dia tahu kemana dia pergi, Dia melihat gambar besar. Para pengikut menyukai pemimpin yang sungguh-sungguh mengerti kemana arah tujuan yang akan dicapai. Para pengikut ingin memastikan pemimpin paham tujuannya.
Keenam, Tekad, Seorang pemimpin harus mempunyai tekat dalam mencapai tujuannya. Dia harus menjadi pengaruh yang positif. Pemimpin ini akan mencari karakteristik positif para pengikutnya dan mendorong mereka mengembangkan ketrampilannya.
 Ketujuh, Perhatian, Pemimpin sejati selalu memberi perhatian kepada para pengikutnya. Pemimpin ini benar-benar menjaga mereka. Jika terjadi sesuatu yang  tidak diinginkan, maka sang pemimpin maju dan melindunginya. Dia tidak melontarkan kesalahan. Dia justru memberi perhatian kepada pengikutnya dan merawat bila mereka “terluka”.

Simpulan
            Menjadi seorang pemimpin pada organisasi apapun, tidak lah cukup bila hanya bertumpu pada karakteristik kepemimpinan yang dibawa sejak lahir. Karakteristik menjadi tidak bermanfaat, jika tidak diasah atau ditempa oleh pengalaman. Karakteristik kepemimpinan yang dibawa sejak lahir merupakan faktor kekuatan seorang calon pemimpin, yang dapat dijadikan titik fokus peningkatan kemampuan kepemimpinan seseorang, Hal ini jauh lebih baik daripada mencoba mengatasi kelemahan-kelemahan yang dipunyai calon pemimpin. Pengatasan kelemahan seperti ini hanya membuang waktu sahaja.
            Mempelajari teknik atau metoda kepemimpinan merupakan faktor lain yang juga harus mendapatkan porsi perhatian yang sama bagi calon pemimpin. Teori ataupun pendekatan metoda kepemimpinan semakin hari semakin bervariasi,pada satu sisi, sedangkan tingkat pendidikan masyarakat meningkat pula seiring sebaran segala macam informasi yang dapat diperoleh dengan teknologi informasi yang dapat dijangkau masyarakat.
            Revolusi teknologi informasi, dapat mengubah metoda kepemimpinan bahkan gaya kepemimpinan seseorang. Di sini, seorang pemimpin, untuk saat ini, tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh dampak teknologi informasi. Siapa yang tidak mengapainya, dia lah yang tertinggal. Teknologi informasi bukan sekedar piranti manajemen mengelola data menjadi informasi yang bermanfaat, akan tetapi ia sudah menjadi bagian dari strategi kepemimpinan dan manajemen.


DAFTAR PUSTAKA
 Aribowo.P dan Roy.S, (2002) Kepemimpinan yang Melayani,  Sinar Harapan, Harian Sore, 8 Februari.
Bass, Bernard.M (1990) Bass&Stogdill’s Handbook of Leadership: Theory, Research, and Managerial Applications, 3rd edition, The Free Press, New York.
Blanchard, Kenneth (2007) http://www.amazon.com/ Leadership-Book-Tools-Transform-Workplace /dp/0688172393
Depree, Max (1990) It’s Not What You Preach but How You Behave, majalah Fortune, 26 Maret
Descarpentries, Jean Marie (1990) Let the Manager Do his Thing – or Replace Him,  majalah Fortune, 26 Maret.
Doh, J.P. (2003) Can leadership be taught? Perspectives from management educators. Academy of Management: Learning & Education, Vol. 2., No.1, March 2003.
Heller, James (2009) Seven Characteristics of Agreat Leader,  http://www.isnare.com/?aid=209867&ca=Leadership
Stevens, Tom (2006)  Leadership Tools: Looking In the Mirror to Find Success, http://www.thinkleadershipideas.com
Welch Jr, John.F. (1990) We’ve Got to Simplify and Delegate More, majalah Fortune, 26 Maret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar