Selasa, 05 Mei 2015

PERILAKU ORGANISASI POSITIF



KONSEP MODAL MANUSIA (HUMAN CAPITAL CONCEPT)

Pimpinan perlu meningkatkan berbagai potensi SDM agar mampu memberdayakannya secara optimal dalam mencapai kinerja, sehingga mampu mendudukkan organisasi pada posisi yang lebih baik dibandingkan dengan organisasi lainnya. Dengan manajemen SDM yang baik,organisasi akan memiliki kekuatan kompetitif dan akan menjadi sulit untuk ditiru, sehingga sumber-sumber keberhasilan kompetitif tradisional seperti teknologi proses produksi, proteksi pasar, akses terhadap sumber keuangan dan skala ekonomi seharusnya menjadi lebih berdaya guna.
Manusia sebagai human capital tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja. Tidak seperti bentuk kapital lain yang hanya diperlakukan sebagai tools, human capital ini dapat menginvestasikan dirinya sendiri melalui berbagai bentuk investasi SDM, diantaranya pendidikan formal, pendidikan informal, pengalaman kerja, kesehatan, dan gizi serta transmigrasi  (Fattah, 2004).   Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi. Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia(Ancok,2002), yakni:
1)      Modal intelektual;   Modal intelektual (intellectual capital).   Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa modal intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan. Organisasi yang unggul dan meraih banyak keuntungan adalah organisasi yang terus menerus mengembangkan sumberdaya manusianya  (Ross dkk., 1997). Manusia memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dan lain-lain) yang sangat tinggi kecepatannya. Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan yang super cepat ini akan dilanda kesulitan.
2)      Modal emosional;  Goleman (1996) menggunakan istilah emotional intelligence untuk menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain. Ancok (2005), terdapat empat dimensi dari kecerdasan emosional yakni:
a)      Self Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri secara tepat dan akurat dalam berbagai situasi secara konsisten. Bagaimana reaksi emosi di saat menghadapi suatu peristiwa yang memancing emosi, sehingga seseorang dapat memahami respon emosi dirinya sendiri dari segi positif maupun segi negatif.
b)      Self Management adalah kemampuan mengelola emosi secara baik, setelah memahami emosi yang sedang dirasakannya, apakah emosi positif atau negatif.Kemampuan mengelola emosi secara positif dalam berhadapan dengan emosi diri sendiri akan membuat seseorang dapat merasakan kebahagiaan yang maksimal.
c)      Social Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dari tindakannya yang tampak. Ini adalah kemampuan berempati, memahami dan merasakan perasaan orang lain secara akurat. Dengan adanya pemahaman ini individu sudah memiliki kesiapan untuk meenanggapi situasi emosi orang lain secara positif.
d)     Relationship Management adalah kemampuan orang untuk berinteraksi secara positif pada orang lain, betapapun negatifnya emosi yang dimunculkan oleh orang lain.
3)      Modal sosial;    Pandangan para ahli dalam mendefinisikan konsep modal sosial dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok (Ancok, 1998). Kelompok pertama menekankan pada jaringan hubungan sosial (social network), sedangkan kelompok kedua lebih menekankan pada karakteristik (traits) yang melekat (embedded) pada diri individu manusia yang terlibat dalam sebuah interaksi sosial. Pandangan kelompok pertama menekankan pada aspek jaringan hubungan sosial yang diikat oleh kepemilikan informasi, rasa percaya, saling memahami, dan kesamaan nilai, dan saling mendukung. Menurut pandangan kelompok ini modal sosial akan semakin kuat apabila sebuah komunitas atau organisasi memiliki jaringan hubungan kerjasama, baik secara internal komunitas/organisasi, atau hubungan kerjasama yang bersifat antar komunitas/organisasi. Jaringan kerja sama yang sinergistik yang merupakan modal sosial akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan bersama.  Pendapat ahli dari kelompok kedua; Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai seseorang. Modal sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan (diversity). Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda, menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan kebaikan buat semua. Kemampuan membangun jaringan sosial inilah yang disebut dengan modal sosial.

Kamis, 10 Mei 2012

INTELLECTUAL CAPITAL



INTELLECTUAL CAPITAL: PERLAKUAN,
PENGUKURAN DAN PELAPORAN
(Tinjauan Teoritis)
Pendahuluan
Organisasi apapun termasuk perusahaan pada saat ini agar dapat terus bertahan, perusahaan-perusahaan mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan.
 Hal tersebut dikarenakan seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.
Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert 1998).




Pengertian Intellectual Capital
1.      Resource Based Theory
Sumber daya dapat dianggap sebagai input yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan kemampuan internal menentukan pilihan-pilihan strategis yang dibuat oleh perusahaan saat berkompetisi dalam lingkungan bisnis eksternal mereka. Kemampuan perusahaan juga memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer value chain, mengembangkan produk baru atau mengembangkan ke dalam pasar yang baru.
Resource Based Theory (RBT) berfokus pada konsep atribut perusahaan yang difficult-to-imitate sebagai sumber kinerja yang unggul dan keunggulan kompetitif (Barney, 1986; Hamel dan Prahalad dalam Madhani, 2009).Menurut Conner dalam Madhani (2009), variasi kinerja antara perusahaan tergantung pada kepemilikannya pada inputs dan capabilities yang unik. Penrose (1959) dalam Astuti (2005) mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan.
Menurut Belkaoui (2003); Hunter dan William (2003) dalam Saleh et al., (2008), resources based theory merupakan sumber daya perusahaan sebagai pengendali utama di balik kinerja dan daya saing perusahaan. Berdasarkan RBT ini, sebuah organisasi dapat dinilai sebagai kumpulan dari sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya organisasi (Barney, 1991; Amit dan Shoemaker, 1993 dalam Madhani, 2009) Sumber daya organisasi yang berharga, langka, imperfectly imitable dan imperfectly substituable adalah sumber utama dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan untuk kinerja unggul yang berkelanjutan. Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan (Madhani, 2009). Kriteria VRIN adalah sebagai berikut:
1.      Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jikadapat memberikan nilai strategis pada perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika sumber daya tersebut membantu perusahaan dalam mengeksploitasi peluang pasar atau membantu mengurangi ancaman (threats) pasar. Tidak ada keuntungan memiliki sumber daya jika sumber daya tersebut tidak menambah atau menaikkan nilai perusahaan.
2.      Langka (R): Sumber daya harus sulit ditemukan diantara para pesaing yang ada maupun pesaing potensial. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik agar memberikan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat mendesain dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor yang lain.

Jumat, 02 Desember 2011

Pemimpin melihat Hari Esok




There are many elements to a campaign. Leadership is number one. Everything else is number two. (Bernd Brecher dalam Tom Stevens, 2006 )
Oleh:
Jaluanto. SPT.*)
Abstraksi

Penelitian dan pembahasan mengenai kepemimpinan dari sekitar tahun 1930 an hingga kini, selalu berkembang dan merupakan topik yang menarik untuk digagas dan didiskusikan. Pendekatan teori untuk menjelaskan apa dan  bagaimana kepemimpinan telah banyak dilakukan oleh pakar manajemen. Pendekatan perilaku, pendekatan karakteristik pribadi, sampai pendekatan situasional dilakukan untuk menguraikan teori kepemimpinan. Pada intinya teori-teori ini menyatakan, Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain (dengan pengaruh dan gaya, cara tertentu) untuk mencapai tujuan.
Pembahasan Pemimpin melihat hari esok, diilhami oleh situasi lingkungan yang kurang kondusif bagi perkembangan manajemen tempat bekerja. Pemimpin-pemimpin yang baik harus mempunyai kemampuan manajerial seperti Penyederhanaan dan Lebih banyak Pendelegasian, kemudian dalam bekerja,  satu orang membutuhkan orang lain dalam mencapai tujuan yang diinginkannya,  untuk ini pemimpin harus memperhatikan Kemitraan, Sikap Lintas Budaya, Pemimpin yang baik bukannya dilayani melainkan memberikan Pelayanan, dan memperhatikan Revolusi Informasi. Untuk melengkapinya, pemimpin juga harus mempunyai karakteristik pribadi yang dapat mengayomi bawahannya atau pengikutnya. Ini merupakan usaha mensinergikan dua hal yang berbeda yang dapat saling melengkapi

Kata kunci: Kepemimpinan, kemampuan manajerial, karakteristik pribadi.

Pendahuluan
 Revolusi globalisasi sepertinya tidak akan berhenti pada sebuah bidang atau suatu masa tertentu. Saat ini pengaruh globalisasi ini tampak di bidang manajemen, politik, teknologi, dan komunikasi. Masyarakat pada jaman mobilisasi tanpa batas Negara dalam berkompetisi di bidang bisnis, pengembangan gagasan, dan pemanfaatan sumber daya manusia.
Dalam situasi semacam ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, misalkan, bisnis yang seperti apa harus dilaksanakan?, bagaimana ilmu pengetahuan akan mengubah kehidupan manusia?, apakah perlombaan menumpuk kekayaan menjadi tren gaya kehidupan?, bagaimana norma-norma kehidupan bermasyarakat akan berubah? Pemimpin di segala sektor musti memperhatikan hal-hal semacam itu dalam menjalankan tugasnya.

Rumusan Masalah
            Pumpunan artikel ini mengarah kepada :
  1. Apa perilaku manajerial pemimpin dengan memperhatikan kondisi dan situasi lingkungan saat ini yang semakin mengglobal?
  2. Karakteristik pribadi apa yang dapat dipelajari dari seorang pemimpin?



 
*) Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNTAG Semarang


Kamis, 13 Oktober 2011

Teori Kepemimpinan Kontigensi Fiedler


Kepemimpinan manajerial telah mempengaruhi kegiatan organisasi dalam banyak cara. Pengaruh-pengaruh ini termasuk memotivasi bawahan, sumber daya anggaran yang langka, dan melayani sebagai sumber komunikasi. Selama bertahun-tahun para peneliti telah menekankan pengaruh kepemimpinan pada kegiatan bawahan. Penekanan ini oleh para peneliti memunculkan teori-teori tentang kepemimpinan. "Teori, pertama dan mungkin yang paling populer Teori situasional terdepan adalah Teori Contingency Efektivitas Kepemimpinan 'yang dikembangkan oleh Fred E. Fiedler " (Bedeian, Glueck 504).  Teori ini menjelaskan bahwa kinerja kelompok adalah hasil dari interaksi dari dua faktor. Faktor-faktor ini dikenal sebagai gaya kepemimpinan dan situasional favorableness. Kedua faktor ini akan dibahas bersama dengan aspek lain dari teori Fiedler. "Dalam model Fiedler, efektivitas kepemimpinan adalah hasil interaksi antara gaya pemimpin dan karakteristik lingkungan tempat pemimpin bekerja" (Gray, Starke 264).
Faktor besar pertama dalam teori Fiedler dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Ini adalah sistem interaksi yang konsisten yang terjadi antara seorang pemimpin dan kelompok kerja. "Menurut Fiedler, gaya kepemimpinan seorang individu tergantung pada kepribadiannya dan, dengan demikian, gaya kepemimpinannya tetap" (Bedeian, Gleuck 504). Dalam rangka mengklasifikasikan gaya kepemimpinan, Fiedlers telah mengembangkan suatu indeks yang disebut skala the Least-Preferred Coworker (LPC​​).  Skala LPC meminta seorang pemimpin untuk memikirkan semua orang dengan siapa ia pernah bekerja, dan kemudian untuk menggambarkan orang yang bersangkutan bekerja dengannya. Orang ini merupakan seseorang atau seseorang yang pernah bekerja dengannya atau dia saat ini bekerja dengannya. Dari skala 1 sampai 8, pemimpin diminta untuk menggambarkan orang ini pada serangkaian bipolar skala seperti yang ditunjukkan di bawah ini:

Angkuh 1 2 3 4 5 6 7 8 Ramah
Nir-Kooperatif 1 2 3 4 5 6 7 8 Koperatif
Benci 1 2 3 4 5 6 7 8 Pendukung
Tertutup 1 2 3 4 5 6 7 8 Terbuka
Tanggapan terhadap skala ini (biasanya sebanyak enam belas pernyataan) yang dijumlahkan dan dihitung rata-rata nya: skor LPC tinggi menunjukkan bahwa pemimpin memiliki orientasi hubungan antar manusia, sedangkan skor LPC rendah menunjukkan orientasi tugas. Logika Fiedler adalah bahwa individu yang menilai rekan kerja mereka  relatif baik pada skala ini memperoleh kepuasan dari hubungan interpersonal; mereka yang menilai rekan kerja relatif tidak menguntungkan/kurang baik mendapatkan kepuasan dari kesuksesan kinerja tugas "(Gray, Starke 264). Metode ini mengungkapkan reaksi emosional individu terhadap orang-orang yang ia tidak dapat bekerja sama. Hal ini juga menekankan bahwa Metode ini tidak selalu pengukuran yang akurat.